RSS
Write some words about you and your blog here

Selasa, 21 Juli 2009

Teori kognitif

Teori belajar juga ada yang disesuaikan dengan umur, sebagai contoh teori Kognitif yang dipopulerkan oleh Jean Piaget dan para ahli lainnya. berikut penjelasannya...

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik, namun pendidikan merupakan tugas Negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk berkembang.Cara dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran.
“Teori Kognitif” lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya karsa individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinnya belajar, tetapi sekedar memudahkan belajar. Keaktifan siswa menjadi unsure amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk mencapai hasil yang sejati.
Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarakan pada pengertian belajar menurut teori kognitif, teori perkembangan Piaget, teori belajar menurut Bruner, dan teori belajar menurut Ausubel. Masing-masing teori memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan cirri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia.




1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pandangan belajar dari segi psikologi kognitif?
2. Bagaimana belajar menurut teori kognitif?
3. Jelaskan teori perkembangan belajar menurut piaget?
4. Bagaimana teori belajar menurut Bruner?
5. Bagaimana teori belajar menurut Ausubel?
6. Bagaimana aplikasi teori kognitif pada pembelajaran?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pandangan belajar dari segi psikologis kognitif
2. Menjelaskan pengertian belajar dari segi teori kognitif
3. Menjabarkan pandangan Piaget tentang belajar beserta tahap-tahapnya
4. Menjelaskan tentang teori belajar menurut Bruner
5. Menjelaskan tentang teori belajar menurut Ausabel beserta tahap-tahapnya
6. Mempaparkan aplikasi kognitif pada pembelajaran


II. PEMBAHASAN
A. Pandangan Tentang Belajar
Psikologi kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikoloig kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara konstan memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh . Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri secara aktif.
 Tujuan Teori Belajar Kognitif
Psikologi kognitif adalah psikologi yang bersifat interpersonal dan sosial yang diasali oleh kondisi intrapersonal seseorang. Ia merupakan kendaraan efektif guna memahami manusia sebagai pribadi yang hidup berinteraksi, baik secara psikologis maupun secara sosial, atau bahkan lingkungan psikologis.
Untuk memahami keadaan tersebut, bisa dibedakan dengan konsep dua kutub: orang dan lingkungannya (lingkungan psikologis). Kedua kutub itu merupakan hubungan yang saling bergantung, dan bukan merupakan variabel bebas. Orang tidak mungkin hidup tanpa lingkungan psikologisnya, juga sebaliknya, lingkungan psikologis tidak pernah ada tanpa orang. Karena konsepnya bukan fisik, melainkan psikologis, maka pola-pola struktur psikologis, seperti insight (wawasan), dan struktur kognitif, menjadi penting keadaannya.
Belajar selanjutnya dibatasi sebagai proses komunikasi dan interaksional pada manusia dalam memperoleh insight (wawasan) baru. Dengan begitu ia merupakan perubahan dalam struktur kognitif, dan termasuk insight itu sendiri. Apabila hal ini diterapkan di lapangan untuk kepentingan belajar secara kognitif, maka orang harus "concerns" dengan orang lain, harus banyak berinteraksi, berkomunikasi untuk menerima dan menyampaikan informasi, dan bersosialisasi dengan orang lain, karena orang lain tersebut akan banyak andilnya dalam melakukan interaksi psikologis dengan dirinya. Dengan begitu, rang pun perlu memahami orang lain dalam lingkungannya, juga dirinya sendiri dalam kedudukannya dalam lingkungannya.
Melihat keadaan itu maka yang namanya belajar menurut teori psikologi kognitif adalah selalu berupaya meningkatkan wawasan psikologis dengan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, tetangganya, masyarakatnya, dan sebanyak-banyaknya orang (secara psikologis pula).
B. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang disebut sebagai model konseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku orang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakanbahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi yang saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisahkan situasi/materi pelajaran menjadi komponen yang kecil dan mempelajarinya secara terpisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, olahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses belajar mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya.
C. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman- pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang.
♣ Proses perkembangan kognitif meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
♣ Prinsip utama pembelajaran :
a) Belajar aktif
Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan. Manipulasi symbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
b) Belajar lewat interakksi sosial.
Tanpa intraksi sosial, perkembangan kognitif anank akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah pada banyak pandangan dengan macam-macam sudut pandang dari alternatif tindakan.
c) Belajar lewat pengalaman sendiri.
Bahasa memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif , namun bila menggunakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tanpa pernah karena pengalaman sendiri makaperkembangan anak cenderung mengarah pada verbalisme.
♣ Tahap-tahap perkembangan Kognitif dibagi menjadi empat yaitu :
1. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas



Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah kemampuan yang dimilikinya antara lain :
1. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya
2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
3. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
4. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
5. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya
2. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Pada tahap ini Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai tujuh atau delapan tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis.
Karakteristik tahap ini adalah :
1. Operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai.
2. Anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata
3. Self counter (egosentris) nya sangat menonjol
4. Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok
5. Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda
6. Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar
7. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan
Dalam tahap ini anak juga mengalalami tahap intiutif dimana anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan padakesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata melainkan secara simbolik.
3. Tahap operasional konkret( umur 7/8 -11/12 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia tujuh sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
1. Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
2. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
3. Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4. Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5. Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
6. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
4. Tahap operasional formal(umur 11/12-18 tahun)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah :
1. Diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
2. Dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.
3. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
4. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
D. Teori Belajar Menurut Bruner
Jerome Bruner(1966) adalah pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut :
1. Perkembangan intelektual yang ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realistis
3. Perkembangan intelek meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambing tentang apa yang telah dan akan yang dia lakukan.Hal ini berkaitan dengan rasa percaya diri
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia.Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain
6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara sistematis, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :
1. Tahap enaktif : dimana seseorang melakukan aktifitas-aktifitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik(misalnya gigitan, sentuhan, pegangan,dsb)
2. Tahap Ikonik : dimana seseorang memehami objek-objek atau dunianya melalui gambar dan visual verbal. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan(tampil) dan perbandingan(komparasi)
3. Tahap simbolik : dimana seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Dalam pembentukan konsep, menurut Bruner ada 2 komponen yaitu ; tindakan pembentukan konsep dan tindakan pemahaman konsep. Brunner memandang ada 5 unsur yang ada dalam konsep, yakni meliputi ; nama, contoh-contoh baik yang positif maupun negatif, karakteristik (baik yang pokok maupun tidak), rentangan karakteristik,kaidah. Cara belajar yang baik adalah memehami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif intuk akhirnya samapi pada suatu kesimpulan(discovery learning)
E. Teori Belajar Menurut Ausubel
Prinsip-prinsip pembelajaran :
 Pengaturan awal, yaitu Pengaturan awal dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
 Deferensiasi progresif, yaitu Dalam proses belajar bermakna perlua ada pengmbangan dan evaluasi konsep-konsep. Caranya, unsure yang paling umum dan inklusif diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti pembelajaran dari umum ke kuhsus.
 Belajar super ordinat Adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut.
 Penyusunan integrative.
Advanced organiziers yang dikembangkan aleh Ausabel, merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif didalam rancangan pembelajaran. Penggunaan Advanced organiziers sebagai kerangka isi akan dapt meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang ada dalam struktur kognitif siswa. Struktur kognitif suatu model yang lebih eksplisit disebut dengan skemata. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang. Strategi pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif, dikemukan secara singkat sebagai berikut :
1. Hirarki belajar : penetaan urutan materi pelajaran dengan memunculkan gagasan mengenai prasarat belajar, yang dituangkan dalam strutur isi
2. Analisis tugas
3. Supsumptive sequence : strategi utama untuk mengorganisasi pengajaran
4. Kurikulum spiral : Urutan pengajaran yang dimulai dengan mengajarkan isi pengajaran secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan isi yang sama dengan cakupan yang lebih rinci
5. Teori skema : memandang bahwa proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri seseorang dengan cara mengikatnya dengan struktur kognitif yang ada
6. Webteaching : suatu prosedur menata urutan isi bidang studi yang dikembangkan dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan dan isi bidang studi
7. Teori Elaborasi : strategi penataan isi pelajaran yang sudah ada untuk menciptakan model yang komperehensif tentang cara mengorganisasi pengajaran pada tingkat makro.




F. Aplikasi Teori Kognitif dalam kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif yaitu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dapat mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan potensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan strukttur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke komplek.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimilki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sudah dipelajari dengan apa yang diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.
Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktifitas menemukan (discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa pada bentuk belajar induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan. Hal ini tercermin dari model kurikulum spiral yang dikemukakannya. Sedangkan Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berfikir deduktif. Hal ini tampak pada konsepsinya mengenai Advance Organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.
Langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh tersebut berbeda. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan topic-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya
5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berfikir siswa
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal minat, gaya belajar dan sebagainya).
3. Memilih materi pembelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif.
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang kongkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampe ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsp-konsep inti.
4. Menentukan topik-topik dan menapilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa.
5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.




III. PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan teori psikoloig kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
2. Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, olahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya
3. Menurut teori ini, setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman telah tertata dalam strukur kognitif yang dimilikinya.
4. Proses perkembangan kognitif meliputi: Skema/schemata, asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
5. Tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun), tahap preoprasional (umur 2-7/8 tahun), tahap operasional konkret (umur 7atau 8 -11atau 12 tahun), tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
6. Menurut Bruner, belajar terjadi lebih ditentukan oleh umur.
7. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap yakni tahap enaktif, tahap ikonik, dan simbolik
8. Menurut Ausubel, proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan mengetahuan baru.
9. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
10. Dalam kegiatan pembelajaran, untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Mata pelajaran disusun menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks


1 komentar:

  1. Tetep semangat ya bloggingnya... Senang bisa berkunjung... Kunjung balik ya..

    BalasHapus